Masa kampanye semakin marak menjelang pemilihan umum presiden yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 mendatang. Bahkan masalah pemilu ini telah menjadi berita politik hari ini yang sangat hangat dibicarakan. Media pers merupakan media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi melalui kegiatan jurnalistik. Dengan media ini, berita akan lebih cepat diketahui oleh masyarakat. Dalam menghadapi pemilihan presiden tahun depan, calon presiden Joko Widodo dirasa telah menguasai pers. Dalam hal ini Andi Arif selaku wakil sekjen partai Demokrat menyarankan kepada Prabowo Subianto yang merupakan calon presiden periode selanjutnya untuk lebih bersabar dalam menghadapi media yang dianggap kurang objektif.
Saran ini disampaikan pada Minggu tanggal 2 Desember 2018 ketika Reuni 212 di Monas (Monumen Nasional), Jakarta Pusat. Berita politik hari ini masalah media pern yang tidak memberikan informasi mengenai suatu perubahan yang dialami oleh negara ini membuat calon presiden Prabowo Subianti geram. Dalam hal ini Andi Arif membandingan pemerintahan di masa SBY (Susilo Bambana Yudhoyono) yang mana media pers tidak dilarang. “presiden dan anggota TNII memberi kebebasan media pers. Bapak Prabow Subianto mungkin meras geram dengan kondisi pers yang bisa di setiting”, ucap Ansi Arif. Andi Arif menilai bahwa Prabowo Subianto harus lebih bersabar dalam menghadapi media pers yang telah di set back di Indonesia. “saya tahu akan kemarahan beliau,
Namun seharusnya bapak Probowo bisa bijaksana dalam menghadapinya baik itu baik ataupun buruk yang mana kondisi ini memang tidak berjalan normal di bawah pimpinan presiden Jokowi”, kata mantan staf presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode lima tahun yang lalu.
Sekarang ini memang banyak berita politik yang membahas mengenai banyaknya media yang mendukung atau bersifat pro kepada presiden Jokowi. Tak luput juga jadi situs pemberitaan matamatapolitik.com juga meliputnya. Masalah ini bisa diatasi dengan proses agresivitas pengguna media sosial yang jumlahnya minimal 13,4 juta pengguna. Andi Arif membandingkan pemerintahan sekarang pemerintahan dulu pada periode Soeharto yang menggunakan selebaran dan internet.
Bahkan di Iran, pemerintahan otokrasi berhasil dikalahkan oleh revolusi xeroxisasi pada tahun 1979.
Xeroxisasi merupakan perlawanan Ayatullah Khomeini kepada penguasa Iran melalui khotbah, ceramah, dan pidato yang dicetak dan diperbanyak dengan mesin foto kopi Xerox yang kemudian disebarluaskan kepada penduduk Iran. Contoh lain adalah negara Arab yang menggunakan media sosial dan negara Filipina yang menggunakan SMS untuk media kampanye mereka. Media pers memang sudah dikenal sejak dahulu sehingga Prabowo Subianto harus menghadapi pemberitaan media dengan sabar. Dan untuk Berita politik terkini yang up to date bisa kita akses di matamatapolitik.com.
0 comments :
Post a Comment